INDONESIAHARIINI
Sejarah mencatat pada 13 Juni 1981 sebagai momen upaya penembakan gagal Ratu Elizabeth. Kala itu, sang Ratu Inggris menjadi target serangan senjata api yang dilakukan pemuda berusia 17 tahun.
Detik-detik mencekam terjadi 38 tahun silam, saat seorang pemuda memecah keheningan saat Ratu Inggris yang tengah menunggang kuda di kerumunan massa upacara Trooping the Colour ditembak dengan pistol replika.
Pemuda yang diidentifikasi sebagai Marcus Serjeant itu melepaskan enam selongsong kosong peluru ke arah Ratu Elizabeth sebelum akhirnya dibekuk oleh pengawal dan polisi.
Tembakan yang terjadi sebelum pukul 11.00 waktu setempat, membuat kaget kuda Ratu. Beruntung ia mampu menenangkannya dalam beberapa detik.
Ratu Elizabeth pun meninggalkan Istana Buckingham 15 menit lebih awal. Dia menenangkan kuda berusia 19 tahun yang telah ditunggangi sejak parade ulang tahunnya tahun 1969.
Prosesi itu kemudian dilanjutkan sesuai rencana, setelah Ratu Elizabeth kembali ke Istana Buckingham dengan rute yang sama dengan pengamanan lebih.
Pelaku Alami Gangguan Kejiwaan
Pasukan keamanan khusus segera mencari tahu sumber tembakan dan berhasil meringkus Lewis, bersama dua temannya di lokasi kejadian. Akan tetapi, mereka ditangkap atas tuduhan perampokan bersenjata pada sebuah toko di dekat iring-iringan Ratu Elizabeth II.
Saat diinterogasi, barulah Lewis membeberkan tentang percobaan pembunuhan Ratu yang dilakukannya. Ia mengaku sebagai anggota sebuah organisasi sayap kanan bernama National Imperial Guerilla Army. Polisi kemudian menyimpulkan bahwa organisasi ini hanya akal-akalan Lewis saja, karena hanya memiliki tiga anggota.
Meski telah mengaku dan terdapat sejumlah bukti kuat, tuduhan pidana atas percobaan pembunuhan Ratu dibatalkan. Remaja yang akrab disapa CJ Lewis itu hanya didakwa atas pidana membawa dan mengeluarkan senpi di tempat umum, serta perampokan.
Ditambah lagi, dari hasil evaluasi psikologis, ia terbukti mengidap gangguan psikis yang semakin meringakan dakwaan hukumannya. CJ Lewis berfantasi bahwa ada 'seseorang' yang ia sebut sebagai The Snowman yang memerintahkannya untuk membunuh Ratu Elizabeth II.
Akhirnya, remaja itu dihukum penjara selama tiga tahun pada 10 Desember 1981.
New Zealand Herald mengatakan, pihak berwenang khawatir insiden itu bisa membahayakan kunjungan Kerajaan Inggris ke Selandia Baru di masa mendatang.
"Lewis memang awalnya berniat untuk membunuh Sang Ratu," kata dokumen tersebut, dikutip dari Straits Times, Kamis 1 Maret 2018.
"Namun ia tidak memiliki sudut pandang tepat untuk menembak atau memantik senapan api berkekuatan tinggi untuk menjangkau sasaran," imbuh pernyataan itu.
CJ Lewis meninggal bunuh diri di penjara -- atas kasus yang berbeda -- pada 1997, di usianya yang ke-33 tahun.
Upaya Pembunuhan Via Peledakan Bom
Ada skema yang jauh lebih mengerikan selain tahun 1981, ketika Ratu Elizabeth meresmikan sebuah pangkalan minyak di kepulauan terpencil di Skotlandia utara, Kepulauan Shetland.
Itu adalah ulah dari The Troubles in Northern Ireland dan kelompok anti-Inggris IRA. Mereka menyelundupkan bom berdaya ledak tinggi ke fasilitas tersebut. Namun, detonatornya gagal menyala dan Ratu selamat.
Skema Kereta Kuda
Sebuah rencana pembunuhan yang belum terungkap terjadi di Australia pada tahun 1970. Kala itu, kereta kuda yang membawa Ratu Elizabeth II menabrak sebuah batang kayu saat dia bepergian ke Lithgow, sebelah barat Sydney.
Seorang perwira polisi setempat mengatakan, pelakunya adalah kelompok ekstremis yang tidak diketahui identitasnya. Mereka meletakkan kayu melintang di rute perjalanan yag dilewati Ratu untuk menggulingkan kereta kuda dan menenggelamkannya ke tanggul.
Nyatanya, Dewi Fortuna berpihak kepada Ratu. Kereta kuda yang dinaikinya ternyata melaju terlalu lambat, sehingga kendaraan tersebut hanya terhempas sedikit.
Pembobolan Istana
Ratu Elizabeth II berperan penting sebagai kepala Persemakmuran Inggris (The Queen of British Commonwealth Realm). Selama bertahun-tahun, jabatan ini membuat dirinya berada dalam lingkungan tak aman. Dia menjadi sasaran utama kelompok ekstremis dan orang-orang yang sakit mental.
Kasus lain yang menimpa Ratu terjadi pada tahun 1982. Seorang pria Inggris bernama Michael Fagan berhasil membobol masuk ke Istana Buckingham. Fagan sedang mabuk. Ia memanjat saluran pembuangan dan kemudian menerobos ke kamar tidur Ratu Elizabeth II.
Fagan dilaporkan duduk di ujung ranjang Ratu untuk mengobrol dengannya. Namun paada akhirnya, seorang staf kerajaan memergokinya dan menyuruhnya pergi dengan iming-iming sebotol whiskey.
Ketika diinterogasi, Fagan mengaku bahwa ia sangat terobsesi untuk bertemu dengan kepala negara. Karena itulah ia membobol istana dalam kondisi mabuk agar lebih berani menjalankan aksinya.
Insiden tersebut langsung dicap sebagai salah satu pelanggaran keamanan kerajaan terburuk abad ke-20.
Ini bukan pertama kalinya seorang anggota keluarga kerajaan menghadapi bahaya di dalam kerumunan penonton.
Sebelumnya, Putri Anne juga pernah menjadi sasaran penembak. Pada 1936, Raja Edward VIII juga pernah dihadang pria dengan revolver yang berjarak setengah mil.
Pada tanggal yang sama tahun 1886, Raja Ludwig II dari Bayern dilaporkan tenggelam di Danau Starnberg. Sementara pada 13 Juni 1944 tercatat sebagai momen saat V-1, peluru kendali pertama yang digunakan pada masa perang dijatuhkan di London, Inggris.
No comments:
Post a Comment